Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan


(Kej 44:18-21.23b- 29; Mat 10:7-15)

“Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat.Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu." (Mat 10:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Ada orang ketika memperoleh tugas baru dengan detil bertanya-tanya perihal aneka sarana-prasarana atau faisilitas apa saja yang telah tersedia dalam melaksanakan tugas baru tersebut. Bahkan juga ada yang minta kepastian perihal imbal jasa atau jaminan sosial yang akan diterimanya. Dengan kata lain yang bersangkutan belum bekerja sudah kawatir akan masa depannya. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan Yesus memberi tugas para rasul untuk menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta dan mengusir setan serta berpesan :”Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya”. Yang utama atau pokok dalam tugas pengutusan adalah manusianya, pribadi yang diutus, bukan sarana-prasarana atau jaminan sosial., apalagi dalam tugas pengutusan untuk mewartakan Kerajaan Allah/Sorga atau Kabar Baik. “The man behind the gun”, demikian kata sebuah motto. Dalam tugas pengutusan apapun atau pekerjaan apapun yang utama dan pertama-tama adalah manusia, entah yang sedang menerima tugas maupun yang menerima pelayanan. Kehadiran pribadi yang diutus kiranya sudah merupakan suatu bentuk pelaksanaan tugas pengutusan; dan dengan saling hadir, bertemu dan curhat kiranya akan terjadi proses penyembuhan atau pertobatan alias pewartaan Kabar Baik.

“Kami masih mempunyai ayah yang tua dan masih ada anaknya yang muda, yang lahir pada masa tuanya; kakaknya telah mati, hanya dia sendirilah yang tinggal dari mereka yang seibu, sebab itu ayahnya sangat mengasihi dia.Lalu tuanku berkata kepada hamba-hambamu ini: Bawalah dia ke mari kepadaku, supaya mataku memandang dia” (Kej 44:20-21), demikian kutipan pengakuan yang terbuka dari Yehuda di hadapan Yusuf, mewakili saudara-saudaranya. Ada kerinduan besar bagi Yusuf untuk memandang atau melihat atau bertatap muka dengan adiknya. Apa yang dirasakan oleh Yusuf ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Rindu pada saudara untuk bertatap muka dan bercuhat, itulah kiranya yang sering juga kita rasakan ketika sudah cukup lama berpisah dari saudara. Memang kerinduan tersebut belum terobati hanya dengan berita atau doa. Maka baiklah bagi kita yang mungkin tidak terpisah secara phisik dan setiap hari bertemu, hendaknya memanfaatkan pertemuan tersebut untuk bercakap-cakap dan bercurhat, dan jika memang saudara dekat/kandung atau sebagai suami-isteri sebaiknya juga dilengkapi dengan sentuhan, ciuman sebagai tanda saling mengasihi. Sentuhan atau ciuman yang lahir dari kasih kiranya lebih berarti dan bermakna daripada ceritera atau omongan panjang lebar. Kasih harus lebih diwujudkan dengan tindakan atau perilaku daripada kata-kata atau omongan. Anda sebagai suami-isteri yang saling mengasihi kiranya membenarkan kebenaran di atas, yaitu bahwa kasih harus lebih diwujudkan dalam tindakan atau perilaku daripada kata-kata atau omongan, maka kami berharap anda dapat menjadi saksi kasih tersebut dan menyebar-luaskan kepada saudara-saudari dimanapun dan kapanpun.

Diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak.Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya. Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa-bangsa membebaskannya. Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya,”(Mzm 105:17-21)

Previous
Next Post »
0 Komentar